Pemilu 2014 dan Gerakan Buruh Indonesia

Enam bulan sejak Mogok Nasional terakhir dan di tengah-tengah tahun pemilu, menjadi sangat penting bahwa kaum revolusioner mempunyai strategi yang jelas mengenai bagaimana untuk terus membangun gerakan buruh serta memperkuat organisasi sosialisnya.

Sejak mogok nasional Oktober 2013 kemarin, gerakan buruh telah dipukul secara parah. PHK massal terjadi di beberapa pabrik sebagai respons terhadap aksi mogok. Demonstrasi-demonstrasi dan mogok-mogok sekarang menghadapi represi yang lebih keras oleh polisi dan tentara. Sedangkan, gerakan serikat buruh mengalami perpecahan. Beberapa konfederasi serikat buruh memberikan dukungannya kepada berbagai calon presiden (capres), serta memasukkan anggotanya ke dalam berbagai partai politik yang mendukung agenda neolib dan mempunyai masalah korupsi serta pelanggaran HAM.

Partai-partai Politik yang Ada Sekarang

Tidak satu dari semua capres 2014 dapat didukung oleh kaum revolusioner. Capres-capres yang ada sekarang tidak berusaha untuk mewakili kepentingan kaum buruh. Melainkan, mereka pro-modal secara eksplisit dan berasal langsung dari kelas elit Indonesia. Apalagi beberapa capres tersebut terkenal sebagai pelanggar HAM, terutama Prabowo yang mengatur pembunuhan ratusan warga Timor Leste. Capres-capres tersebut mewakili partai-partai yang penuh dengan korupsi dan berusaha hanya untuk memenuhi kepentingan kaum kaya.

Meskipun sifat semua partai-partai politik pada saat ini, banyak serikat buruh sudah membuat aliansi atau memberikan dukungan kepada capres tertentu. Misalnya, Said Iqbal, presiden FSPMI, telah menyatakan dukungannya untuk Prabowo. Beberapa buruh juga sekarang masuk beberapa partai sebagai taktik “buruh go politik”. Strategi tersebut, dimana buruh bekerjasama partai-partai yang korup dan pro-modal, harus ditolak dan ditentang oleh kaum revolusioner. Taktik ‘buruh go politik’ akan menyebabkan banyak buruh untuk mendukung partai yang korup dan tidak pro-buruh dan apalagi kompromi pada kepentingan kaum buruh akan terjadi.

Jokowi

Ada banyak euforia dan antusiasme terhadap Jokowi sebagai capres dari PDI-P. Namun, memilih Jokowi juga bukan merupakan solusi. Jokowi telah menjadi populer akibat gambarannya sebagai bersih dan pro wong cilik. Namun, program-programnya sebagai gubernur Jakarta, dilakasnakan dengan perhatian untuk tidak berdampak negatif pada kepentingan bisnis. Para investor asing berbondong-bondong untuk berinvestasi di Indonesia setelah pernyataan bahwa Jokowi akan menjadi capres PDIP. Bahkan ada kenaikan di Bursa Efek Indonesia disebabkan oleh para investor yang sedang merayakan kemungkinan Jokowi yang pro-bisnis untuk menjadi presiden. Apalagi, Jokowi sudah masuk negosiasi dengan capres-capres lain, termasuk Bakrie dan Prabowo yang pro-militer dan pro-bisnis secara terbuka.

Meskipun Jokowi adalah tokoh populer, dia tidak mempunyai basis di dalam kaum buruh. Respons dia terhadap mogok nasional terakhir telah menyebabkan banyak kebencian dan kemarahan di antara kaum buruh di Jakarta dan kawasan-kawasan industri sekitar Jakarta. Sejak menolak memenuhi tuntutan kaum buruh untuk kenaikan upah 50%, dia sekarang dikenal sebagai “bapak upah murah”.

Kaum revolusioner seharusnya bekerjasama secara kritis dengan kaum reformis, namun posisi Jokowi yang melawan gerakan buruh dan orientasinya terhadap kepentingan bisnis, berarti Jokowi bukan calon untuk didukung. Melainkan, kaum revolusioner harus mengembangkan pandangan kritis di dalam gerakan buruh terhadap Jokowi supaya kaum buruh tidak mengembangkan ilusi palsu dalam Jokowi.

Partai Alternatif

Saat in, belum ada partai politik yang mempunyai hubungan kuat atau basis dalam gerakan buruh. Namun, diskusi-diskusi sudah mulai antara para pemimpin dari berbagai konfederasi serikat buruh, termasuk Said Iqbal, atas gagasan untuk menciptakan Partai Buruh, atau partai rakyat, sebelum pemilu 2019. Kemunculan partai buruh di Indonesia akan merupakan langkah maju dan dapat menarik puluhan ribu buruh. Hal tersebut adalah kesempatan untuk membahas politik sosialis dengan ribuan buruh. Namun, kecuali jika kawan-kawan sosialis yang sudah berorganisasi mulai mengintervensi dalam diskusi tersebut dan mengembangkan organisasi revolusi mereka sendiri, tidak dapat dihindari bahwa partai buruh yang dibentuk dari atas oleh para pemimpin serikat buruh akan menjadi partai reformis.

Walaupun penciptaan partai buruh adalah langkah maju yang menandakan bahwa kaum buruh Indonesia sudah menjadi sadar bahwa mereka mempunyai kepentingan kelas bersama, beberapa masalah juga akan muncul dengan partai tersebut. Contoh-contoh dari pembangunan partai-partai buruh di luar negeri menunjukkan bahwa ketika sebuah gerakan buruh menjadi cukup besar, kaum buruh itu mulai menjadi sadar bahwa tuntutan-tuntutan ekonominya membutuhkan solusi politik.Sehingga dari gerakan buruh di berbagai negara, pemimpin-pemimpin berhasil membuat partai buruh.Meskipun semua partai buruh mulai dengan mencoba untuk mewakili kepentingan kaum buruh, partai buruh tidak merupakan partai revolusioner.Tujuan partai-partai buruh adalah untuk mengelola kapitalisme, tidak untuk menggulingkan kapitalisme dan oleh karena itu partai-partai tersebut akhirnya ditarik ke menjalankan sistem kapitalisme.Kalau pada saat krisis, partai-partai buruh akan memenuhi semua tuntutan perusahaan-perusahaan daripada memberikan dan menjamin pekerjaan dan upah layak. Hal tersebut dibuktikan dengan contoh partai-partai buruh di Inggris serta Australia.

Salah satu contoh lagi adalah ANC, partai buruh di Africa Selatan. Partai tersebut muncul dari perjuangan kelas buruh yang melawan aparteid dan dibangun dengan aliansi antara federasi serikat buruh (Cosatu) dan Partai Komunis Afrika Selatan (SACP). Namun, setelah sudah 20 tahun berkuasa, ANC itu sekarang hanya berkuasa untuk kepentingan modal. Pada tahun 2012 pemerintah ANC membiarkan 34 buruh yang sedang menjalankan mogok di tempat tambang untuk ditembak oleh polisi. Pada Januari tahun ini, salah satu serikat buruh terbesar, NUMSA, mengundurkan diri dari ANC untuk mulai membahas membuat partai sosialis.

Kaum revolusioner di Indonesia sudah beberapa kali melihat bahwa pemimpin-pemimpin serikat buruh Indonesia sangat bersedia untuk mengkompromikan kepentingan kaum buruh, dengan cara membatalkan mogok atau menandatangani kesepakatan seperti Harmoni di Bekasi. Pemimpin-pemimpin serikat buruh kalau menjadi pemimpinan partai buruh akan menjadi lebih tergoda untuk meredam tindakan radikal kaum buruh dan melakukan lebih banyak kompromi dengan kaum borjuis. Oleh karena itu, kaum revolusioner perlu membangun pengaruh politik dan kepercayaan diri dalam anggota-anggota serikat buruh sekarang. Kita harus mendorong kaum buruh untuk melawan tindakan pemimpin-pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan kaum buruh. Dengan membangun pengaruh, kita perlu merekrut buruh-buruh langsung ke organisasi sosialisnya.

Organisasi Sosialis

Mengembangkan organisasi sosialis yang kuat pada saat ini merupakan hal yang sangat penting jika mau mempengaruhi partai massa atau basisnya di masa yang akan datang.

Bahwa ada para buruh yang berminat pada pembuatan partai buruh adalah tanda bahwa banyak buruh sedang mencari solusi politik. Hal tersebut seharusnya dianggap oleh kaum sosialis sebagai kesempatan untuk membahas politik revolusioner dengan kaum buruh tersebut dan merekrutnya ke organisasi sosialisnya. Anggota-anggota baru dapat ditemukan dalam basis semua serikat buruh, bahkan di tempat kerja yang belum berserikat.

Kalau merekrut secara lebih luas, misalnya merekrut dari basis-basis FSPMI, KASBI dll, kaum revolusioner akan membangun tekanan dari bawah dan dengan itu mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap serikat-serikat buruh besar. Apalagi kalau membangun organisasi politik dalam berbagai tempat kerja dan di dalam berbagai basis serikat buruh, kaum revolusioner akan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar pada gerakan, daripada jika kita mendorong perpecahan atau menciptakan serikat-serikat buruh baru yang “merah”. Kita sudah sering mengalami pemimpin-pemimpin serikat buruh mengkompromikan tuntutan kaum buruh atau membatalkan mogok-mogok. Daripada mendorong buruh dari suatu serikat untuk membuat serikat baru atau ikut serikat buruh lain, kita bisa mendorong para buruh tersebut untuk melawan kompromi pemimpinnya sehingga kepimpinan dipaksa mendukung tindakan atau keinginan kaum buruh.

Namun, untuk mulai membangun organisasi politik di beberapa basis, kita perlu merekrut buruh-buruh ke organiasi sosialisnya.Buruh-buruh yang tertarik dengan perspektif sosialis seharusnya didorong untuk menjadi anggota dan langsung menjadi terlibat dalam diskusi politik dan aktivitas organisasi sosialisnya. Jika lebih banyak buruh direkrut, hal tersebut tidak berarti organisasinya akan menjadi “cair”. Dalam konteks sekarang, yaitu perjuangan yang cukup panas di Indonesia, ada potensi untuk merekrut ratusan kader baru ke organisasi sosialisnya. Menulis dan menjual terbitan sosialis serta diskusi reguler dan keterlibatan dalam gerakan, anggota-anggota baru dapat memperkuatkan organisasi serta membangun gerakan buruh, tanpa organisasi sosialis menjadi “cair” atau kehilangan politiknya. Perekrutan tidak merupakan hal yang menghalangi pembangunan partai revolusioner kader, tetapi sebaliknya, perekrutan merupakan hal yang esensial untuk membangun partainya.Tentu saja, untuk mencegah organisasi dari menjadi “cair”, kader-kader baru harus menjadi terlibat dalam diskusi politik dan aktivitas yang memberikan perspektif organisasi sosialisnya.

Mendapatkan anggota-anggota baru dan mengembangkan politik organisasi sosialis membutuhkan terbitan yang reguler. Terbitan tersebut seharusnya memberikan perspektif kaum revolusioner kepada semua isu, dari pemilu, perjuangan untuk hak buruh perempuan, serta strategi untuk memenangkan tuntutan-tuntutan ekonomi, misalnya bagaimana buruh di suatu tempat berjuang untuk cuti sakit dan menang.Semua anggota seharusnya didorong untuk menulis dan menulis artikel yang mudah untuk dibaca.Pembuatan dan penjualan terbitan adalah alat penting untuk menyebarkan pengaruh sambil merekrut kader-kader baru.

Membangun Gerakan

Poin terakhir, kalau sebuah partai buruh dibuat atau tidak dibuat di masa depan, perjuangan industrial dan politikal di luar parlemen yang paling penting untuk mencapai perubahan sejati.

Pemilu 2014 seharusnya digunakan oleh kaum revolusioner untuk membangun perjuangan tersebut. Propaganda untuk membuat partai alternatif atau untuk mengkritik pemilu 2014 seharusnya dihubungkan secara konkrit dengan gerakan buruh daripada menjadi propaganda yang abstrak.Berbagai rapat, demonstrasi dan mogok dengan tuntutan-tuntutan konkrit, misalnya untuk upah layak dan menghapus sistem outsourcing, bisa dilaksanakan sekarang, selama mengancam bahwa akan ada tindakan lanjut walaupun siapa saja yang akan menjadi presiden. Isu-isu ekonomi perlu dihubungkan dengan situasi politik sekarang supaya membangun gerakan lagi.

Magazine

Solidarity meetings

Latest articles

Read more

Jujur Tentang Venezuela

Setiap hari krisis politik dan ekonomi di Venezuala semakin kejam. Jumlah korban tewas meningkat tanpa henti dan petempuran jalanan yang ganas tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

19 Tahun Sejak Reformasi – Namun Perjuangan untuk Demokrasi Terus Dibutuhkan

Putusan dua tahun hukuman penjara untuk Ahok adalah tanda terbaru bahwa sistem ini semakin tidak demokratis serta pengaruh organisasi konservatif/reaksioner semakin kuat. Ahok dijatuhi hukuman...

Perlawanan Syriza terhadap penghematan anggaran di Yunani

Alex Callinicos mengamati tantangan yang sedang dihadapi pemerintah kiri Yunani yang baru – dan ide-ide di belakang strateginya.